Sobat Jurnalis. Masih Terjadinya curah hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia, Khususnya Jawa. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membeberkan kajian mengenai musim hujan yang mengalami perpanjangan waktu di Pulau Jawa. Pakar Klimatologi dari BRIN, Erma Yulihastin mengatakan, hujan persisten yang turun dengan intensitas sedang hingga ekstrem di Jawa tidak dipengaruhi aktivitas gelombang atmosfer.
“Musim hujan itu kan di identifikasi dari curah hujan yang 150 milimeter satu bulan gitu ya standarnya. Jadi, kalau dalam satu bulan itu memenuhi kuantitas 150 milimeter lebih,maka ini sudah masuk musim hujan,” kata Erma dalam perbincangan bersama Pro3 RRI, Minggu (3/3/2024).
Biasanya, kata dia, pada Maret hingga April sudah masuk musim pancaroba. Di mana ditandai dengan transisi berkurangnya intensitas hujan.
“Jadi, ada pengurangan yang tadinya 150 milimeter tadi akan semakin merendah. Sehingga di bawah 150 bahkan di bawah 100 begitu,” ujarnya.
Erma memperkirakan pada Maret dan April ini akan berpotensi terjadi cuaca ekstrem di pulau Jawa. Oleh karena itu, diperlukan kesiapsiagaan karena dampaknya kepada perubahan iklim sebenarnya gitu.
“Mengapa bisa sekacau ini begitu ya musim dan tidak reguler lagi ya seperti dulu. Inilah yang mesti dipahami baik oleh pemerintah dan masyarakat secara luas,” ucapnya.
Menurutnya dengan kondisi itu penting dilakukan langkah-langkah mitigasi di sejumlah daerah di Pulau Jawa terutama di Pesisir Selatan. Sedangkan, di Pesisir Utara telah mengalami curah hujan yang ekstrem pada Februari 2024.
“Jadi membentang dari Malang sampai ke daerah pesisir Banyuwangi. Tentu di bagian tengah pesisir selatan juga pasti akan terkena dampak,” ucapnya, menekankan. (Anastasia/MG)