Sobat Jurnalis. Pembawa acara televisi dan penyiar radio Hilbram Dunar meninggal dunia di Rumah Sakit EMC Alam Sutera pada Minggu dini hari (31/3/2024) sekira pukul 00.39 WIB. Hilbram diponis menderita kanker usus.
Spesialis Gastroenterolog, Profesor Ari Fahrial Syam menyebut kanker usus besar atau kanker kolon, atau juga kanker kolorektal adalah masalah kesehatan berupa tumbuhnya sel kanker pada organ usus besar. Kanker usus besar biasanya diawali dengan munculnya polip atau tumor jinak pada organ pencernaan tersebut.
Menurutnya, kanker usus besar biasanya tidak menimbulkan gejala awal, sehingga banyak penderita yang terlambat dan baru menyadari dirinya mengidap penyakit ini ketika sel kanker telah menyebar. Kebanyakan penderita, katanya, tidak menyadari kalau dirinya sudah terkena kanker usus besar.
“Padahal sudah mengalami gejala yang mengarah kesana, seperti BAB berdarah dan perubahan bentuk serta warna tinja (hitam karena ada pendarahan). Rata-rata baru diketahui setelah diperiksa lebih lanjut dan stadiumnya sudah tinggi,” katanya dalam perbincangan dengan RRI Pro3, Minggu (31/3/2024).
Gejala lain yang mengarah ke kanker usus besar, kata Ari adalah perut kembung dan kram, diare atau sembelit (konstipasi), penurunan berat badan secara drastis tanpa alasan yang jelas. Serta siklus haid yang tidak teratur dan nyeri haid berlebih, dan kurang darah atau anemia.
Menurutnya, resiko kematian akibat kanker usus besar sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh penanganan yang terlambat akibat lemahnya deteksi dini.
Oleh karena itu, katanya, pemerintah harus lebih memasifkan program deteksi dini kanker usus besar dan edukasi kepada masyarakat. “Deteksi dini sangat perlu, sehingga jika ditemukan sejak awal masih dalam katagori polip bisa segera diangkat melalui operasi sebelum membesar menjadi tumor,” katanya.
Terkadang, katanya, masyarakat tidak menyadari gejala kanker usus besar dan menganggap remeh kondisi ini sebagai gangguan pencernaan biasa. Padahal jika mengetahui gejala jenis kanker ini, maka bisa segera mendapatkan penanganan medis.
Pasalnya, tegas Ari, beberapa kasus tumor jinak pada usus besar berpotensi berkembang menjadi sel kanker. Dia menyebut, penyebab kanker usus besar adalah mutasi genetik dan mutasi genetik ini belum diketahui penyebabnya.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya mutasi genetik dan menyebabkan pertumbuhan sel kanker pada usus besar. Antara lain berusia lebih dari 50 tahun, meskipun sekarang banyak juga penderita kanker usus besar usianya lebih muda.
Selain itu faktor keturunan, yaitu adanya riwayat keluarga yang pernah menderita kanker usus besar, berat badan berlebih atau obesitas, gaya hidup yang tidak sehat (merokok, mengonsumsi minuman beralkohol). Serta kurang melakukan olahraga, dan jarang mengonsumsi makanan berserat, serta sering mengkonsumsi daging merah.
Ari menyarankan, masyarakat paling tidak mulai sadar untuk melakukan deteksi dini kanker usus besar melalu medical check up di fasilitas kesehatan terdekat. Bagi peserta BPJS, kata Ari, masyarakat juga bisa datang ke Puskesmas jika megalami gejala-gejala yang mengarah ke kanker usus.